Thursday, April 24, 2014

2.6 PSP (Disposible Income)

Disposable Income (DI) atau pendapatan yang siap dibelanjakan adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.

Disposable income dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
DI = PI – Pajak langsung

Dimana:
DI = Disposable Income
PI = Personal Income ({NNI + transfer payment} – {laba ditahan + iuran asuransi + iuran jaminan sosial + pajak perseorangan})
Pajak langsung = Pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain (harus langsung ditanggung oleh wajib pajak), contoh: pajak pendapatan, pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak kendaraan





Sumber:

2.5 PNN

Pendapatan Nasional Neto disebut juga dengan istilah Net National Income (NNI). Pendapatan Nasional Neto adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima masyarakat sebagai balas jasa faktor produksi selama satu tahun setelah dikurangi pajak tidak langsung (indirect tax).

Besarnya Pendapatan Nasional Neto (NNI) diperoleh dari NNP dikurangi pajak tidak langsung yang dirumuskan sebagai berikut:
NNI = NNP - Pajak tidak langsung

Manfaat Penghitungan Pendapatan Nasional

Tujuan penghitungan pendapatan nasional untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam waktu satu tahun. Manfaat yang diperoleh dari penghitungan pendapatan nasional adalah sebagai berikut:Mengetahui dan menelaah kondisi atau struktur perekonomianDari perhitungan pendapatan nasional, kita dapat menggolongkan suatu negara sebagai negara industri, pertanian atau jasa. Dapat ditentukan pula besarnya sektor-sektor industri, pertanian, pertambangan, dan lain-lain. Berdasarkan pendapatan nasional dapat kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara pertanian atau agraris, sedang Amerika Serikat, negara-negara di Eropa dan Jepang adalah negara Industri.





Sumber:

2.4 PNB

Produk Nasional Bruto (Gross National Product) adalah nilai seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sesuatu perekonomian dalam suatu periode tertentu (Dobrnbusch : 1981).

Produk Nasional Bruto (GNP) adalah pendapatan nasional yang dihitung dengan mengeluarkan faktor pendapatan dari warga negara asing yang berdomisili di negara tersebut dan hanya menghitung nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh orang yang bekewarganegaraan negara tersebut saja.

Thompson (1980 : 804) mengatakan bahwa ahli ekonomi cendererung untuk mengukur pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan GNP riil perkapita.

GNP riil perkapita diperoleh dengan membagi GNP riil dengan jumlah penduduk.

GNP riil perkapita mengukur jumlah rata-rata keseluruhan output yang diperoleh oleh setiap penduduk. Dengan demikian kenaikan GNP riil perkapita berarti kenaikan standar hidup masyarakat (standar hidup lebih tinggi).

Tolak ukur yang biasa dipakai untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara diantaranya adalah pendapatan nasional, produk nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca pembayaran luar negeri.

Pendapatan Nasional (National Income) adalah merupakan salah satu tolok ukur yang sangat penting dalam menganalisis dan mengatasi masalah-masalah ekonomi makro yang dihada­pi masyarakat sesuatu negara.

Dalam  menghitung pendapatan nasional terdapat tiga metode yang dapat digunakan yakni:
  1. Metode produksi (Production Approach)
  2. Metode pendapatan (Income Approach)
  3. Metode pengeluaran (Expenditure Approach)
           
·       Metode Produksi.
 Penghitungan pendapatan nasional dengan metode produksi ini didasarkan atas jumlah nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan sesuatu masyarakat atau  negara dalam satu tahun. Semua nilai hasil akhir barang dan jasa tersebut dijumlahkan. Apabila jumlah produk ke 1 kita tandai dengan Q1, produk ke 2 kita tandai dengan Q2, dan seterusnya hingga produk ke n kita tandai dengan Qn, sedangkan di lain pihak harga satuan produk kita tandai dengan P1, harga satuan produk ke 2 kita tandai dengan P2, dan seterusnya hingga satuan produk ke n yang kita tandai dengan Pn, maka dalam bentuk persamaan matematika pendekatan produk akan kita dapatkan: 
NI = P1Q1 + P2Q-2 + ..... + PnQn
atau     NI =
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx32ZGCawILMzxGKBXBhzAHAXuSnnOg_D89E7Byap0IJtl7pwOZ8Q06e18Omjegfi5gF6oN4luofswaQ5yNwkCwTg33RucLBTCK5oNdzq9_sDmdKbobiI9K5lO49282VEDl3zq9xoSPXwi/s1600/New+Picture.png
yang mempunyai makna bahwa pendapatan nasional atas dasar harga pasar (NI) besarnya sama dengan produk nasional atas dasar harga pasar.

·       Metode Pendapatan.
Perhitungan pendapatan nasional dengan mengunakan metode pendapatan adalah dengan menjumlahkan semua pendapatan yang diperoleh semua pelaku ekonomi dalam suatu masyarakat atau negara pada periode tertentu. Pendapatan tersebut berupa pendapatan dari sewa, bunga, upah, keuntungan dan lain sebagainya. Angka yang diperoleh dari penghitungan pendapatan nasinal dengan menggunakan metode ini menunjukkan besarnya Pendapatan Nasional (National Income = NI).
Cara pendekatan pendapatan adalah komplemen cara pendekatan pengeluaran, karena sebenarnya cara pendekatan pendapatan bertitik tolak dari pengertian bahwa apa yang dikeluarkan oleh salah satu rumah tangga pasti menjadi penerimaan rumah tangga lain. Dalam perhitungan pendapatan Nasional dengan pendekatan pendapatan ini ada dua hal yang dimasukkan didalamnya walaupun sebenarnya bukan merupakan pendapatan yaitu penyusutan dan pajak tak langsung.
Penyusutan perlu dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasionaal karena penyusutan adalah bagian dari penerimaan perusahaan yang tidak dibagikan pemilik faktor produksi. Pajak tak langsung, yaitu pajak-pajak yang pada dasarnya beban pajaknya dapat digeserkan kepada piha lain  oleh para wajib pajak, seperti pajak penjualan, pajak tontonan, pajak pembangunan, pajak masuk dan sebagainya. Sebenarnya pajak tak langsung hanyalah pemindahan daya beli  dari kantong konsumen (pembayar pajak)  kepada pemerintah yang terjadi pada saat transaksi dilakukan, karena sifat pajak tak langsung adalah demikian, maka pajak tak langsung tidak diterima oleh pemilik faktor produksi, sehingga harus diperhitungkan sendiri.

·       Metode Pengeluaran.
Dalam penghitungan pendapatan nasional dengan metode pengeluaran, adalah dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran sektor ekonomi, yakni dari rumahtangga, perusahaan, pemerintah dan sektor luar negeri pada suatu masyarakat atau negara pada periode tertentu. Angka yang diperoleh dari perhitungan ini menunjukkan besarnya Produk Nasional bruto (Gross National Product = GNP) masyarakat dalam perekonomian negara tersebut. Setiap rumah tangga, baik itu rumah tangga individu, rumah tangga perusahaan maupun rumah tangga pemerintah pasti melakukan pengeluaran untuk membeli semua kebutuhan yang diperlukan. Pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga individu untuk membeli semua kebutuhannya yang diperlukan dapat berupa barang, baik barang habis pakai dan barang tahan lama, maupun jasa. Pengeluaran semua itu disebut konsumsi (C = Comsuption), pengeluaran perusahaan biasanya berupa Investasi (I = Investasi), pengeluaran pemerintah (G = Government Expenditure)
Disamping itu bagi negara yang juga melakukan hubungan ekonomi dengan negara lain, masih terdapat pengeluaran bersih pembelian barang dan jasa oleh orang-orang dan badan-badan asing, pengeluaran tersebut disebut ekspor – impor ( X – M = ekspor di kurangi impor, atau net export).Secara singkat cara pendekatan pengeluaran ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
PNB    = C + I + G + (X  - M)
PNB    = Pendapatan Nasional Bruto
C         = Konsumsi (comsumption)
I           = Investasi (Invesment)
G         = Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure)
X – M  = ekspor dikurangi impor (net export)
Pada cara pendekatan ini pengeluaran yang perlu mendapat perhatian khusus adalah pengeluaran yang berbentuk pengeluaran untuk membeli barang modal atau investasi. Dalam ilmu ekonomi pengeluaran investasi hanya khusus pada pengeluaran rumah tangga perusahaan untuk membeli barang modal baru, sehinga investasi selalu berupa penambahan barang modal riil pada stock barang modal yang sudah ada.
Ketiga cara di atas akan menghasilkan nilai yang sama. Dengan kata lain, GNP = GNI = GNE.

            Sifat-sifat PNB adalah sebagai berikut:

1. PNB adalah ukuran moneter
PNB tidak memperhitungkan perubahan yang terjadi pada nilai uang karena terjadinya perubahan harga-harga umum. Oleh sebab itu PNB pada tahun tertentu tidak dapat dibandingkan dengan PNB pada tahun lain, karena perubahan yang terjadi disamping menyangkut perubahan jumlah output juga harganya sehingga nilai uang yang digunakan tidak sama besarnya.

2. PNB hanya memperhitungkan barang-barang dan jasa akhir saja
Barang dan jasa akhir adalah barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen dan langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Artinya barang dan jasa itu tidak lagi beredar dipasar untuk diperjual belikan. Barang yang dibeli oleh rumah tangga inividu maupun rumah tangga perusahaan tetapi tidak langsung digunakan sendiri.  Untuk menghindari sesuatu produk dihitung lebih dari satu kali (double counting), dalam perhitungan PNB dipakai cara perhitungan lain yang dikenal dengan nama Cara Nilai Tambah.
Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan pada PNB oleh rumah tangga perusahaan dan terdiri dari penerimaan rumah tangga perusahaan itu dari penjualan barang dan jasanya dikurangi dengan pengeluaran rumah tangga perusahaan tersebut untuk membeli barang dan jasa perusahaan lain (barang antra). Dengan demikian jelaslah bahwa PNB dapat juga dinyatakan sebagai keseluruhan nilai tambah rumah tangga perusahaan yang beroperasi dalam masyarakat selama kurun waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun.

3. PNB tidak menghitung nilai transaksi yang terjadi di pasar (oganized market)
·       Transaksi yang semata-mata menyangkut uang (andil, obligasi dll)
·       Transaksi barang bekas
·       Kualitas produk
·       Waktu luang
·       Ongkos perusakan ekosistem.



Sumber:


2.3 PDB

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai keseluruhan dari barang dan jasa yang diproduksi suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. PDB dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. PDB hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses dan dijual kembali tidak termasuk dalam PDB.

Ada dua tipe PDB yaitu:

1. PDB nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun yang dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.

2. PDB riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun yang dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lainnya.

PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan Pengeluaran
Rumusnya:
PDB = C + I + G + (X-M)

Dimana:
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran pemerintah
X = Ekspor
M = Impor

2. Pendekatan Pendapatan
Rumusnya:
PDB = r + w + i + p

Dimana:
r = Sewa
w = Upah
i = Bunga
p = Laba

Secara teori PDB dengan pendekatan pengeluaran dan PDB dengan pendekatan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Tetapi karena dalam prakteknya, menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah menghitung dengan pendekatan pengeluaran



Sumber:

2.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis

    -Werner Sombart (1863-1947)

Menurut Werner Sombart pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi tiga tingkatan:

1. Masa perekonomian tertutup

Pada masa ini, semua kegiatan manusia hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Ciri cirinya:
·       Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan sendiri
·       Setiap individu sebagai produsen sekaligus sebagai konsumen
·       Belum ada pertukaran barang dan jasa

2. Masa kerajinan dan pertukangan
Pada masa ini, kebutuhan manusia semakin meningkat, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Peningkatan kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi sendiri sehingga diperlukan pembagian kerja yang sesuai dengan keahlian masing-masing. Cirri cirri masa ini:
·       Meningkatnya kebutuhan manusia
·       Adanya pembagian tugas sesuai dengan keahlian
·       Timbulnya pertukaran barang dan jasa
·       Pertukaran belum didasari profit motive

3. Masa kapitalis
Pada masa ini muncul kaum pemilik modal (kapitalis). Produksi yang dilakukan oleh kaum kapitalis tidak lagi hanya sekedar memenuhi kebutuhanya, tetapi sudah bertujuan mencari laba.

        -Friedrich List (1789-1846)

Menurut Friendrich List, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi empat tahap sebagai berikut:
1. Masa berburu dan pengembaraan
2. Masa beternak dan bertani
3. Masa bertani dan kerajinan
4. Masa kerajinan, industri, perdagangan

      -Karl Butcher (1847-1930)

Menurut Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibedakan menjadi empat tingkatan sebagai berikut:
1. Masa rumah tangga tertutup
2. Rumah tangga kota
3. Rumah tangga bangsa
4. Rumah tangga dunia

b. Teori Klasik dan Neo Klasik

    -Teori Klasik
·       Adam Smith
Teori Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu pada adanya pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka akan terdapat pertambahan output atau hasil.
·       David Ricardo
Ricardo berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar sampai menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun.

     -Teori Neoklasik
·       Robert Solow
Robert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak positif dan dapat berdampak negatif.
·       Harrord Domar
Teori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut.



 Adapun rumus laju pertumbuhan ekonomi, yaitu:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw_x0EJyIWxc7eJ1E74UNTaNLARgFisSgi96VuOy5I4CKYHCSXx3nU9AKfHldGqvImyKcA74OLWRrTCd02kDDygRdWsNUXc40XBMw-tKa3pRjZ2uubn_0LF4oBPmgognnwNIB-3uQS5-s/s1600/catss.jpg

atau


2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu setiap tahunnya. Kegunaannya adalah memprediksi jumlah penduduk suatu wilayah di masa yang akan datang. Pertumbuhan penduduk yang besar dari tahun ke tahun ini memerlukan tambahan investasi dan sarana untuk mendukung kesejahteraan rakyat seperti sarana pendidikan, kesehatan, perekonomian dan lain sebagai lainnya. Hal ini tentu saja merupakan masalah bagi pemerintah dalam usahanya membangun dan meningkatkan taraf hidup rakyatnya demi untuk menuju masyarakat yang sesuai dengan isi UUD 1945.

 Macam-macam teori:

1. Teori – Teori Kependudukan

Tingginya laju pertumbuhan penduduk di beberapa bagian di dunia ini menyebabkan
jumlah penduduk meningkat dengan cepat. Di beberapa bagian di dunia ini telah
terjadi kemiskinan dan kekurangan pangan. Fenomena ini menggelisahkan para ahli,
dan masing – masing dari mereka berusaha mencari faktor – faktor yang
menyebabkan kemiskinan tersebut.
Umumnya para ahli dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok
pertama terdiri dari penganut aliran Malthusian. Aliran Malthusian dipelopori oleh
Thomas Robert Malthus, dan aliran Neo Malthusian dipelopori oleh Garreth Hardin. dan Paul Ehrlich. Kelompok kedua terdiri dari penganut aliran Marxist yang
dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Kelompok ketiga terdiri dari pakar –
pakar teori kependudukan mutakhir yang merupakan reformulasi teori – teori
kependudukan yang ada.

2. Aliran Malthusian

Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Maltus, seorang pendeta Inggris, hidup pada
tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada permulaan tahun 1798 lewat karangannya yang
berjudul: “Essai on Principle of Populations as it Affect the Future Improvement of
Society, with Remarks on the Specculations of Mr. Godwin, M.Condorcet, and Other
Writers”, menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila
tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan
cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini. Tingginya pertumbuhan penduduk ini
disebabkan karena hubungan kelamin antar laki – laki dan perempuan tidak bisa
dihentikan. Disamping itu Malthus berpendapat bahwa untuk hidup manusia
memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih
lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan
pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami
kekurangan bahan makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia.
Untuk dapat keluar dari permasalah kekurangan pangan tersebut, pertumbuhan
penduduk harus dibatasi. Menurut Malthus pembatasan tersebut dapat dilaksanakan
dengan dua cara yaitu Preventive Checks, dan Positive Checks. Preventive Checks
Universitas Sumatera Utaraadalah pengurangan penduduk melalui kelahiran. Positive Checks adalah pengurangan
penduduk melalui proses kematian. Apabila di suatu wilayah jumlah penduduk
melebihi jumlah persediaan bahan pangan, maka tingkat kematian akan meningkat
mengakibatkan terjadinya kelaparan, wabah penyakit dan lain sebagainya. Proses ini
akan terus berlangsung sampai jumlah penduduk seimbang dengan persediaan bahan
pangan

3. Aliran Neo-Malthusians

Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Malthus mulai diperdebatkan
lagi. Kelompok yang menyokong aliran Malthus tetapi lebih radikal disebut dengan
kelompok Neo-Malthusianism. Menurut kelompok ini (yang dipelopori oleh Garrett
Hardin dan Paul Ehrlich), pada abad ke-20 (pada tahun 1950-an), dunia baru yang
pada jamannya Malthus masih kosong kini sudah mulai penuh dengan manusia. dunia
baru sudah tidak mampu untuk menampung jumlah penduduk yang selalu bertambah.
 Paul Ehrlich dalam bukunya “The Population Bomb” pada tahun 1971,
menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di dunia dewasa ini sebagai
berikut. Pertama, dunia ini sudah terlalu banyak manusia; kedua, keadaan bahan
makanan sangat terbatas; ketiga, karena terlalu banyak manusia di dunia ini
lingkungan sudah banyak yang tercemar dan rusak. 2.2.3 Aliran Marxist
Aliran ini dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Tatkala Thomas Robert
Malthus meninggal di Inggris pada tahun 1834, mereka berusia belasan tahun. Kedua
– duanya lahir di Jerman kemudian secara sendiri – sendiri hijrah ke Inggris. Pada
waktu itu teori Malthus sangat berpengaruh di Inggris maupun di Jerman. Marx dan
Engels tidak sependapat dengan Malthus yang menyatakan bahwa apabila tidak
diadakan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan
kekurangan bahan pangan. Menurut Marx tekanan penduduk yang terdapat di suatu
negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan penduduk
terhadap kesempatan kerja. Kemelaratan terjadi bukan disebabkan karena
pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat, tetapi kesalahan masyarakat itu sendiri
seperti yang terdapat pada negara – negara kapitalis. Kaum kapitalis akan mengambil
sebagaian pendapatan dari buruh sehingga menyebabkan kemelaratan buruh tersebut.
Selanjutnya Marx berkata, kaum kapitalis membeli mesin – mesin untuk
menggantikan pekerjaan – pekerjaan yang dilakukan oleh buruh. Jadi penduduk yang
melarat bukan disebabkan oleh kekurangan bahan pangan, tetapi karena kaum
kapitalis mengambil sebagian dari pendapatan mereka. Jadi menurut Marx dan Engels
sistem kapitalisasi yang menyebabkan kemelaratan tersebut. Untuk mengatasi hal –
hal tersebut maka struktur masyarakat harus diubah dari sistem kapitalis ke sistem
sosialis.

4. Teori John Stuart Mill

John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dapat
menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui laju
pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun demikian ia berpendapat
bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya.
Selanjutnya ia mengatakan apabila produktifitas seseorang tinggi ia cenderung ingin
mempunyai keluarga yang kecil. Dalam situasi seperti ini fertilitas akan rendah.
Tidaklah benar bahwa kemiskinan tidak dapat dihidarkan atau kemiskinan itu
disebabkan karena sistem kapitalis. Kalau pada suatu waktu di suatu wilayah terjadi
kekurangan bahan makanan, maka keadaan ini hanya bersifat sementara saja.
Pemecahannya ada dua kemungkinan yaitu: mengimport bahan makanan, atau
memindahkan sebagaian penduduk wilayah tersebut ke wilayah lain.
Memperhatikan bahwa tinggi rendahnya tingkat kelahiran ditentukan oleh
manusia itu sendiri, maka Mill menyarankan untuk meningkatkan tingkat golongan
yang tidak mampu. Dengan meningkatnya pendidikan penduduk maka secara rasional
mereka mempertimbangkan perlu tidaknya menambah jumlah anak sesuai dengan
karir dan usaha yang ada. Di samping itu Mill berpendapat bahwa umumnya
perempuan tidak menghendaki anak yang banyak, dan apabila kehendak mereka
diperhatikan maka tingkat kelahiran akan rendah.


Rumus Laju Pertumbuhan Penduduk

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBKGhayf0svBFGC13IRllnr1jkKMeMtUlfQTbrzKQoSyBx5k-E93FROC9G0b2FdJ-i6fhs3R1eTJkis6MyrO-blHYnNm3awjxU7ROrouUQkE12DX0JLSHgoRe9PXdzjUEAqGbcOF_ThEI9/s1600/pertumbuhan+penduduk+eksponensial.png

atau

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp_lIEjhoJBSBHnT6WY_OjPOef7Xp4xpNanumqSxJPcHV42_u8No3K1VglrjZctSeY9WqX4ChmqF31cbZHo52sPoXBz3eZBFn3EaJTgYrhC04udmeJTH-4Gl10EG2yEIYZGQZJLWQvmyOR/s1600/laju+pertumbuhan+penduduk+eksponensial.png
Keterangan:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
t = jangka waktu
r = laju pertumbuhan penduduk
e = bilangan eksponensial yang besarnya 2,718281828

Jika nilai r > 0, artinya terjadi pertumbuhan penduduk yang positif atau terjadi penambahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. 

Jika r < 0, artinya pertumbuhan penduduk negatif atau terjadi pengurangan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r = 0, artinya tidak terjadi perubahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. 


Sumber: