Selepas SMP, aku diajak ayahku pergi kesebuah tempat. Beliau tidak memberi tahuku kalau aku akan disekolahkan diasrama berbasis pesantren modern. Awalnya aku senang diajak pergi oleh ayahku meskipun tidak tau mau kemana, setelah keluar dari tol balaraja barat aku bertanya kepada ayahku "yah, kemana ini? kok jauh banget kayaknya?" sejenak ayahku terdiam lalu menjawab pertanyaanku "udah nak liat aja nanti kamu pasti seneng".
Monday, November 3, 2014
Tuesday, October 28, 2014
KOPERASI, nasibmu kini...
Permasalahan:
KOPERASIKU dahulu kau berjaya dinegeri tercinta ini.
Dahulu pun masyarakat negeri ini hidup berkat keberadaanmu.
Tapi kini, kau menjadi tak terurus.
Satu hal yang menjadi pertanyaan
saat ini yaitu kemanakah sekarang koperasi?
Padahal dulu para pendiri bangsa
ini bercita-cita mewujudkan koperasi menjadi sokoguru perekonomian Indonesia.
Analisa:
Di negeri tercinta (Indonesia) ini koperasi banyak menyebar
dikota-kota maupun didesa-desa, tapi banyak sekali koperasi yang sudah tidak
aktif lagi. Itu disebabkan karena melencengnya fungsi dan peran koperasi. Banyak
pengurus koperasi yang menyimpakan dana dan banyak penyalahgunaan dana
dikoperasi tsb. Ini yang menyebabkan menyendatnya koperasi dimasyarakat. Dan banyak
pula masyarakat yang merasa kecewa terhadap koperasi.
Hidup segan mati tak mau, itulah keadaan kebanyakan koperasi
di Indonesia sekarang. Koperasi sekarang dipandng sebelah mata dan diidentikkan
hanya sebagai tempat orang-orang miskin kredit murah.
Koperasi yang pada awalnya memang diciptakan untuk
membangkitkan gairah ekonomi kerakyatan kini justu kehilangan tajinya.
Dan berikut ini
faktor-faktor yang terjadi di Indonesia:
1.
Kurangnya pendidikan serta pelatihan yang diberikan oleh pengurus kepada para
anggota koperasi.
Kegiatan koperasi
yang tidak berkembang membuat sumber modal menjadi terbatas, dan mengakibatkan
kurangnya dukungan serta kontribusi dari para anggota untuk berpartisipasi
membuat koperasi. Oleh karena itu, semua masalah berpangkal pada partisipasi
anggota dalam mendukung terbentuknya koperasi yang tangguh, dan memberikan
manfaat bagi seluruh anggotanya, serta masyarakat sekitar.
2.Kurangnya
kesadaran masyarakat atas pentingnya koperasi.
Masyarakat masih
saja melakukan peminjaman uang lewat rentenir/lintah darat, dibanding dengan
meminjam uang ke koperasi karena pola pikir masyarakat uang simpanan masyarakat
di koperasi tidak mencukupi jumlah uangnya yang akan dipinjam.
3.Kurangnya komitmen pemerintah untuk memberdayakan koperasi.
Pemberdayaan
koperasi secara tersktuktur dan berkelanjutan diharapkan akan mampu
menyelaraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat pertumbuhan ekonomi
nasional, mengurangi tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat
kemiskinan, mendinamisasi sektor riil, dan memperbaiki pemerataan pendapatan
masyarakat. Pemberdayaan koperasi juga akan meningkatkan pencapaian sasaran di
bidang pendidikan, kesehatan, dan indikator kesejahteraan masyarakat Indonesia
lainnya.
4.Koperasi masih beranggotakan yang kalangan menengah keatas,
belum bersifat kemasyarakatan.
Seperti
di lingkungan rumah saya, koperasi hanya beranggotakan kalangan menengah
keatas, yang kalangan bawah berpikir untuk makan saja sudah pas-pasan, tidak
ada lagi uang untuk menaruh tabungan di koperasi.
5. Produk Produk yang selama ini ditawarkan koperasi sangat terbatas, varian yang paling populer adalah simpan pinjam, itupun bukan menjadi
produk koperasi yang kompetitif yang bisa bersaing di pasar apalagi dengan suku
bunga bank yang tinggi membuat koperasi sulit berkembang dan margin yang
semakin tipis sehingga harus menaikan bunga jika ingin eksis. Produk yang
sedang coba dikembangkan di beberapa koperasi dengan memasuki wilayah ritel
masih sangat terbatas dan cenderung berjalan di tempat karena konsep
pengelolaan cenderung masih sangat kekeluargaan.
6. Harga Kalau kita mau jujur membandingkan faktor price/harga harus
kita akui kalau keengganan masyarakat untuk berbelanja di koperasi dengan
alasan ‘lebih mahal’ bukanlah alasan yang mengada-ada. bagaimanapun masyarakat pembeli adalah konsumen yang membandingkan
harga dengan tempat lain dan cenderung akan bertransaksi di tempat yang lebih
murah.
7. Lokasi Ungkapan bahwa lokasi sangat
strategis dalam pemasaran nampaknya kurang diminati Koperasi, terbukti beberapa
ranah ritel koperasi belum berani keluar dari ‘kandang’. hampir
semua koperasi di indonesia menempatkan usahanya di dalam induk koperasinya
dengan alasan ‘usaha ritelnya merupakan pelayanan anggota’ Dampak secara
langsung koperasi menjadi wilayah eksklusif yang hanya diperuntukkan special
untuk anggota sedangkan masyarakat sangat tidak familier dengan koperasi.
8. Promisi Lemahnya tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap koperasi tidak lepas dari ‘dosa pemerintah’ sebagai
institusi negara yang menaungi koperasi sebagai prototype ’soko guru
perekonomian rakyat’. Mungkin benar sosialisasi gencar dilaksanakan
lewat media massa, media televisi, namun hanya sekedar itu, peran sosialisasi
dalam wujud pelaksanaan di lapangan masih sangat kurang dan minim sehingga
keberadaan koperasi hanya sekedar numpang lewat dalam arena pertempuran
perekonomian Indonesia.
Kesimpulan:
Menurut saya, upaya
untuk membangkitkan gairah perekonomian negara sudah seharusnya memang memerlukan peran aktif masyarakat, sebab
pada dasarnya sejahteranya perekonomian memang diciptakan dari, oleh dan untuk
rakyat.
Thursday, October 9, 2014
SEJARAH DAN TUJUAN KOPERASI
Nama: Alfiyantus Zainab Farah Camela
NPM : 20213657
Kelas: 2EB22
PERMASALAHAN
Koperasi
adalah badan
usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Koperasi
memiliki banyak kelebihan, diantaranya koperasi mempunyai kedudukan dan peran
yang sangat strategis dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi
rakyat, berupaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia, memperkokoh
perekonomian rakyat, mengembangkan perekonomian nasional, meningkatkan manfaat
sosial dan ekonomi bagi masyarakat dan lingkungan, meningkatkan pemerataan
keadilan, meningkatkan kesempatan kerja, serta mengembangkan kreativitas dan
jiwa berorganisasi bagi pelajar bangsa. Oleh
karna itu kita perlu mengetahui sejarah perekonomian di Indonesia dan
konsep-konsep koperasi.
ANALISA
Sejarah
Perekonomian Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 4 masa, yaitu:
1. Masa Sebelum Kemerdekaan
Daya tarik Indonesia akan sumber daya alam dan rempah-rempah
membuat bangsa-bangsa Eropa berbondong-bondong datang untuk menguasai
Indonesia. Sebelum merdeka setidaknya ada 4 negara yang pernah menjajah
Indonesia, diantaranya adalah Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang.
Pada masa penjajahan Portugis, perekonomian Indonesia tidak
banyak mengalami perubahan dikarenakan waktu Portugis menjajah tidaklah lama
disebabkan kekalahannya oleh Belanda untuk menguasai Indonesia, sehingga belum
banyak yang dapat diberlakukan kebijakan.
Dalam masa penjajahan Belanda selama 350 tahun Belanda melakukan
berbagai perubahan kebijakan dalam hal ekonomi, salah satunya dengan
dibentuknyaVereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Belanda memberikan
wewenang untuk mengatur Hindia Belanda dengan tujuan menghindari persaingan
antar sesama pedagang Belanda, sekaligus untuk menyaingi perusahaan imperialis
lain seperti EIC milik Inggris.
Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai
diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van Den Bosch dengan tujuan
memproduksi berbagai komoditi yang diminta di pasar dunia. Sistem tersebut
sangat menguntungkan Belanda namun semakin menyiksa pribumi. Sistem ini
merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan penggunaan uang
pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor
dan menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan
harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Cultuurstelstel melibatkan para
bangsawan dalam pengumpulannya, antara lain dengan memanfaatkan tatanan politik
Mataram–yaitu kewajiban rakyat untuk melakukan berbagai tugas dengan tidak
mendapat imbalan–dan memotivasi para pejabat Belanda dengan cultuurprocenten
(imbalan yang akan diterima sesuai dengan hasil produksi yang masuk gudang).
Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat memeras keringat dan darah mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih diberlakukan. Namun segi positifnya adalah, mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup
Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal) terjadi karena
adanya desakkan kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga
pribumi kearah yang lebih baik dengan mendorong pemerintah Belanda mengubah
kebijakkan ekonominya. Dibuatlah peraturan-peraturan agrarian yang baru, yang antara
lain mengatur tentang penyewaan tanah pada pihak swasta untuk jangka 75 tahun
dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak boleh. Pada
akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan pribumi, tapi malah
menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang tidak diperlakukan
layak.
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah
hampir dua abad diterapkan oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak
tanah). Selain itu, dengan landrent, maka penduduk pribumi akan memiliki uang
untuk membeli barang produk Inggris atau yang diimpor dari India. Inilah
imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar untuk
dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran produk dari
negara penjajah.
Pemerintah militer Jepang menerapkan kebijakan pengerahan
sumber daya ekonomi untuk mendukung gerak maju Jepang dalam Perang Pasifik.
Akibatknya terjadi perombakan besar-besaran dalam struktur ekonomi masyarakat.
Kesejahteraan merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan pangan, karena
produksi bahan makanan untuk memasok pasukan militer dan produksi minyak jarak
untuk pelumas pesawat tempur menempati prioritas utama.
2. Masa
Orde Lama
a) Masa
Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk
karena inflasi yang disebabkan oleh beredarnya lebih dari satu mata uang secara
tidak terkendali. Pada Oktober 1946 pemerintah RI mengeluarkan ORI (Oeang
Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Namun adanya blokade ekonomi
oleh Belanda dengan menutup pintu perdagangan luar negeri mengakibatkan
kekosongan kas negara.
Dalam menghadapi krisis ekonomi-keuangan, pemerintah menempuh
berbagai kegiatan, diantaranya :
·
Pinjaman Nasional, menteri keuangan Ir. Soerachman
dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP)
mengadakan pinjaman nasional yang akan dikembalikan dalam jangka waktu 40
tahun.
·
Hubungan dengan Amerika, Banking and Trade
Coorporation (BTC) berhasil mendatangkan Kapal Martin Behrman di pelabuhan
Ciberon yang mengangkut kebutuhan rakyat, namun semua muatan dirampas oleh
angkatan laut Belanda.
·
Konferensi Ekonomi, Konferensi yang membahas
mengenai peningkatan hasil produksi pangan, distribusi bahan makanan, sandang,
serta status dan administrasi perkebunan asing.
·
Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan), memberikan
anjuran memperbanyak kebun bibit dan padi ungul, mencegah penyembelihan
hewan-hewan yang membantu dalam pertanian, menanami tanah terlantar di Sumatra,
dan mengadakan transmigrasi.
·
Keikutsertaan Swasta dalam Pengembangan Ekonomi
Nasional, mengaktifkan dan mengajak partisipasi swasta dalam upaya menegakkan
ekonomi pada awal kemerdekaan.
·
Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Negara
Indonesia,
·
Sistem Ekonomi Gerakan Benteng (Benteng Group)
·
Sistem Ekonomi Ali-Baba
b) Masa
Demokrasi Liberal (1950-1957)
Perekonomian diserahkan sepenuhnya pada pasar, padahal
pengusaha pribumi masih belum mampu bersaing dengan pengusaha non-pribumi. Pada
akhirnya hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasinya antara lain:
·
Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang
untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun
·
Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu
menumbuhkan wiraswasta pribumi agar bisa berpartisipasi dalam perkembangan
ekonomi nasional
·
Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk
pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
c) Masa
Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia
menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus
pada sistem etatisme (segalanya diatur pemerintah). Namun lagi-lagi sistem ini
belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia. Akibatnya adalah :
·
Devaluasi menurunkan nilai uang dan semua simpanan
di bank diatas 25.000 dibekukan
·
Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk
mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin
·
Kegagalan dalam berbagai tindakan moneter
3. Masa
Orde Baru
Pada awal orde baru, stabilitas ekonomi dan politik menjadi
prioritas utama. Program pemerintah berorintasi pada pengendalian inflasi,
penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Setelah
melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem ekonomi liberal ternyata
pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan sistem
etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi campuran
dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan praktek dari salah
satu teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara
terbatas.
Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala
bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan
kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha,
partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan.
Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang
(25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita.
4. Masa
Orde Reformasi
Orde reformasi dimulai saat kepemimpinan presiden BJ.Habibie,
namun belum terjadi peningkatan ekonomi yang cukup signifikan dikarenakan masih
adanya persoalan-persoalan fundamental yang ditinggalkan pada masa orde baru.
Kebijakan yang menjadi perhatian adalah cara mengendalikan stabilitas politik.
Sampai pada masa kepemimipinan presiden Abdurrahman Wahit, Megawati
Soekarnoputri, hingga sekarang masa kepemimpinan presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pun masalah-masalah yang diwariskan dari masa orde baru masih belum
dapat diselesaikan secara sepenuhnya. Bisa dilihat dengan masih adanya KKN,
inflasi, pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, dan melemahnya nilai tukar rupiah
yang menjadi masalah polemik bagi perekonomian Indonesia.
Sistem
Perekonomian Indonesia Saat Ini :
Sebagian orang berpendapat bahawa sistem yang digunakan
sekarang lebih condong ke barat atau disebut sistem ekonomi liberal/kapitalis,
sistem yang membebaskan segala macam bentuk kegiatan ekonomi. Pemerintah tak
ada urusan dengan ekonomi yang dilakukan oleh rakyat. Mereka semua mendapat hak
yang sama untuk berkreatifitas tak ada larangan. Intinya adalah sistem ini
semua bebas melakukan apa saja sehingga tak mengherankan kaum pemodal atau
kapital menjadi kaum yang super power pada sistem ekonomi sehingga membuat yang
miskin semakin miskin, eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam,
kesenjangan sosial, itulah yang terjadi pada perekonomian Indonesia. Sistem
ekonomi liberal atau kapitalis yang tidak lama lagi akan menuju neo-liberal.
Indikasi sistem perekonomian Indonesia diarahkan untuk mengikuti mekanisme
pasar disamping dominasi kekuatan korporasi swasta yang semakin menguat. Sistem
neo-liberal ini semakin subur manakala bola salju globalisasi semakin memasuki
berbagai sendi-sendi kehidupan. Semula globalisasi masih terkait dengan bidang
informasi dan komunikasi, namun bola salju globalisasi semakin membesar dan
menggulung bidang lainnya termasuk sektor ekonomi,politik. Contohnya saja Harga
BBM sudah didesak agar secara bertahap mengikuti harga internasional. Di
Indonesia sendiri dapat dihitung para konglomerat yang menguasai perekonomian,
itu hanya ada segelintir orang saja. Kondisi ini terjadi sebagai konsekuesi
kita menganut sistem kapitalis. Sebenarnya sistem inilah yang dijalan kan di
Indonesia walaupun pemerintah tidak mengakuinya secara terbuka.
Konsep-konsep
koperasi
Konsep-konsep koperasi dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Konsep Koperasi Barat
Koperasi merupakan organisasi swasta yang
dibentuk secara sukarela oleh orang-orang yang mempunyai persamaan kepentingan,
dengan maksud mengurusi kepentingan para anggotanya serta menciptakan keuntungan
timbal balik bagi anggota koperasi
maupun perusahaan koperasi.
2) Konsep Koperasi Sosialis
Koperasi direncanakan dan dikendalikan oleh pemerintah
dan dibentuk dengan tujuan
merasionalkan produksi, untuk menunjang perencanaan
nasional.
Menurut konsep ini, koperasi tidak berdiri sendiri
tetapi merupakan subsistem dari sistem sosialisme untuk mencapai tujuan-tujuan
sistem sosialis-komunis.
3) Konsep Koperasi Negara Berkembang
Koperasi sudah berkembang dengan ciri tersendiri,
yaitu dominasi campur tangan pemerintah dalam pembinaan dan pengembangannya.
Perbedaan
dengan Konsep Sosialis :
Konsep
Sosialis : tujuan koperasi untuk
merasionalkan faktor produksi dari kepemilikan
probadi ke pemilikan kolektif
Konsep
Negara Berkembang : tujuan koperasi adalah meningkatkan kondisi
sosial
ekonomi anggotanya.
KESIMPULAN
Koperasi sebagai salah satu bahan usaha yang berkecimpung
dalam perekonomian Indonesia atau sebagai tiang pancang utama yang penting
dalam roda perekonomian Indonesia dan tidak dapat dipungkiri koperasi
Indonesia.
Dan prinsip keanggotaan yang bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan
dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas
jasa yang terbatas terhadap modal.
SUMBER:
https://mail.google.com/mail/u/0/#inbox/148ce3c1344dcc06?projector=1
(PPT dari Ibu Sarah selaku Dosen Softskill)
Thursday, May 8, 2014
3.5 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Teori Ekonomi Schumpeter
Teori
Schumpeter ini pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang berbahasa Jerman
pada tahun 1911, lalu pada tahun 1934 diterbitkan dengan berbahasa Inggris yang
berjudul The Theory of Economic Defelopment. Kemudian Joseph Alois Schumpeter
menggambarkan teorinya yang lebih lanjut tentang proses pembangunan dan faktor
utama yang menentukan pembangunan dalam bukunya yang berjudul Business Cycles
pada tahun 1939.
Schumpeter
dalam teorinya menitikberatkan pada pentingnya peranan pengusaha di dalam
mewujudkan suatu pertumbuhan ekonomi.Menurut J. Schumpeter, pertumbuhan ekonomi
suatu negara ditentukan oleh adanya proses inovasi (penemuan-penemuan baru di
bidang teknologi produksi) yang dilakukan oleh para pengusaha. Tanpa adanya
inovasi, tidak ada pertumbuhan ekonomi.
Inovasi mempunyai 3 pengaruh yaitu :
1. Diperkenalkannya teknologi baru
2. Menimbulkan keuntungan yang lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi modal
3. Inovasi akan di ikuti oleh timbulnya proses peniruan (imitasi) yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru teknologi baru tersebut
Proses peniruan (imitasi) pada akhirnya akan di ikuti oleh investasi (akumulasi modal) oleh para peniru (imitator) tersebut.
1. Diperkenalkannya teknologi baru
2. Menimbulkan keuntungan yang lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi modal
3. Inovasi akan di ikuti oleh timbulnya proses peniruan (imitasi) yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru teknologi baru tersebut
Proses peniruan (imitasi) pada akhirnya akan di ikuti oleh investasi (akumulasi modal) oleh para peniru (imitator) tersebut.
Proses peniruan ini mempunyai pengaruh berupa
:
1. Menurunnya keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para innovator
2. Penyebaran teknologi baru di dalam masyarakat, berarti teknologi tersebut tidak lagi menjadi monopoli pencetusnya.
Kesemua proses yang dijelaskan di atas meningkatkan out put masyarakat dan secara keseluruhan merupakan proses pembangunan ekonomi. Dan menurut Schumpeter, sumber kemajuan ekonomi yang lebih penting adalah pembangunan ekonomi tersebut.
Faktor-faktor Penunjang Inovasi :
Menurut Schumpeter ada 5 macam kegiatan yang termasuk sebagai inovasi yaitu :
1. Di perkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada
2. Di perkenalkannya cara berproduksi baru
3. Pembukaan daerah-daerah pasar baru
4. Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru
5. Perubahan organisasi industry sehingga efisiensi industry
Syarat-syarat Terjadinya Inovasi :
1. Harus tersedia cukup calon-calonpelaku inovasi (innovator dan wiraswasta) di dalam masyarakat
2. Harus ada lingkungan social, politik dan teknologi yang bisa merangsang semangat inovasi dan pelaksanaan ide-ide untuk berinovasi
Sedangkan yang dimaksud dengan innovator atau entrepreneur adalah orang-orang yang terjun dalam dunia bisnis yang mempunyai semangat dan keberanian untuk menerapkan ide-ide baru menjadi kenyataan. Seorang innovator biasanya berani mengambil resiko usaha, karena memang ide-ide baru tersebut belum pernah diterapkan secara ekonomis sebelumnya.
1. Menurunnya keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para innovator
2. Penyebaran teknologi baru di dalam masyarakat, berarti teknologi tersebut tidak lagi menjadi monopoli pencetusnya.
Kesemua proses yang dijelaskan di atas meningkatkan out put masyarakat dan secara keseluruhan merupakan proses pembangunan ekonomi. Dan menurut Schumpeter, sumber kemajuan ekonomi yang lebih penting adalah pembangunan ekonomi tersebut.
Faktor-faktor Penunjang Inovasi :
Menurut Schumpeter ada 5 macam kegiatan yang termasuk sebagai inovasi yaitu :
1. Di perkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada
2. Di perkenalkannya cara berproduksi baru
3. Pembukaan daerah-daerah pasar baru
4. Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru
5. Perubahan organisasi industry sehingga efisiensi industry
Syarat-syarat Terjadinya Inovasi :
1. Harus tersedia cukup calon-calonpelaku inovasi (innovator dan wiraswasta) di dalam masyarakat
2. Harus ada lingkungan social, politik dan teknologi yang bisa merangsang semangat inovasi dan pelaksanaan ide-ide untuk berinovasi
Sedangkan yang dimaksud dengan innovator atau entrepreneur adalah orang-orang yang terjun dalam dunia bisnis yang mempunyai semangat dan keberanian untuk menerapkan ide-ide baru menjadi kenyataan. Seorang innovator biasanya berani mengambil resiko usaha, karena memang ide-ide baru tersebut belum pernah diterapkan secara ekonomis sebelumnya.
Biasanya mereka berani mengambil resiko usaha
tersebut karena :
1. Adanya kemungkinan bagi mereka meraih keuntungan monopolistis
2. Adanya semangat dan keinginan mereka untuk bisa mengalahkan saingan-saingan mereka melalui ide-ide baru
Menurut Schumpeter hanya mereka yang berani mencoba dan melaksanakan ide-ide baru yang bisa disebut entrepreneur sedangakan pengusaha yang secara hanya mengelola secara rutin perusahaannya bukan entrepreneur melainkan hanyalah seorang manajer. Kunci dalam proses inovasi adalah terdapatnya lingkungan yang menunjang inovasi tersebut. Menurut Schumpeter, system kapitalis dan bebas berusaha yang didukung oleh lembaga-lembaga social politik yang sesuai merupakan lingkungan yang paling subur bagi timbulnya innovator dan inovasi. Hanya dalam system inilah menurutnya semangat berinovasi paling tinggi.
Selain itu ada 2 faktor lain yang menunjang terlaksananya inovasi yaitu :
1. Tersedianya cadangan ide-ide baru secara memadai
2. Adanya system perkreditan yang bisa menyediakan dana bagi para entrepreneur merealisir ide-ide tersebut jadi kenyataan
1. Adanya kemungkinan bagi mereka meraih keuntungan monopolistis
2. Adanya semangat dan keinginan mereka untuk bisa mengalahkan saingan-saingan mereka melalui ide-ide baru
Menurut Schumpeter hanya mereka yang berani mencoba dan melaksanakan ide-ide baru yang bisa disebut entrepreneur sedangakan pengusaha yang secara hanya mengelola secara rutin perusahaannya bukan entrepreneur melainkan hanyalah seorang manajer. Kunci dalam proses inovasi adalah terdapatnya lingkungan yang menunjang inovasi tersebut. Menurut Schumpeter, system kapitalis dan bebas berusaha yang didukung oleh lembaga-lembaga social politik yang sesuai merupakan lingkungan yang paling subur bagi timbulnya innovator dan inovasi. Hanya dalam system inilah menurutnya semangat berinovasi paling tinggi.
Selain itu ada 2 faktor lain yang menunjang terlaksananya inovasi yaitu :
1. Tersedianya cadangan ide-ide baru secara memadai
2. Adanya system perkreditan yang bisa menyediakan dana bagi para entrepreneur merealisir ide-ide tersebut jadi kenyataan
Referensi:
3.4 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Teori Ekonomi Aliran Bertahap (Rostow)
Menurut Rostow, proses pertumbuhan ekonomi bisa dibedakan ke dalam 5 tahap :
1. Masyarakat Tradisonal
Rostow mengartikan tahap masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat yang strukturnya berkembang didalam fungsi produksi yang terbatas, yang didasarkan kepada teknologi, ilmu pengetahuan, dan sikap masyarakat sebelum masa Newton. Yang dimaksud oleh Rostow denganmasyarakat sebelum masa Newton adalah suatu masyarakat yang masih menggunakan cara-cara berproduksi yang relatif primitif dan cara hidup masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dicetuskan oleh nilai-nilai yang tidak rasional, tetapi oleh kebiasaan yang telah berlaku secara turun-temurun.
Menurut Rostow dalam suatu masyarakat tradisional tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas pe-kerja masih sangat terbatas, oleh sebab itu sebagian sumber daya masyarakat digunakan untuk kegiatan sektor pertanian. Dalam sektor ini stuktur sosialnya sangat bersifat hierarkis, yaitu anggota masyarakat mempunyai kemungkianan yang sangat kecil sekali untuk mengadakan mobilitas secara vertikal. Maksudnya disini, kedudukan seseorang dalam masyarakat akan berbeda dengan kedudukan ayahnya, kakenya, dan nenek moyangnya. Kecil sekali kemungkinan seorang anak petani menjadi tuan tanah atau kelas masyarakat lain yang lebih tinggi dari petani. Jadi hubungan keluarga dan kesukuan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap organisasi yang tedapat dalam masyarakat dan dalam menentukan kedudukan sesorang dalam masyarakat.
Mengenai kegiatan politik dan pemerintahan dalam tahap masyarakat tradisional, Rostow menggambarkan bahwa walaupun kadang-kadang terdapat sentralisasi dalam pemerintahan, pusat dari kekuasaan politik terdapat di daerah-daerah, ditangan tuan-tuan tanah yang berkuasa dalam berbagai daerah. Kebijaksanaan pemerintah pusat selalu dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah di berbagai daerah tersebut.
2. Prasyarat Untuk Lepas Landas
Rostow mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan ciri-ciri penting dari suatu masyarakat: yaitu perubahan dalam sistem politiknya, struktur sosialnya, nilai-nilai masyaraktnya, dan stuktur kegiatan ekonominya. Apabila perubahan-perubahan seperti itu muncul, maka proses pertumbuhan ekonomi dapatlah dikatakan sudah mulai berlaku (wujud). Suatu masyarakat yang telah mencapai taraf proses pertumbuhan demikian sifatnya, yaitu pertumbuhan ekonomi sudah lebih sering terjadi, sudah bolehlah dianggap sebagai berada pada tahap prasayarat untuk lepas landas. Rostow mendefinisikan tahap ini sebagai suatu masa transisi pada ketika dimana suatu masyarakat telah mempersiapkan dirinya, untuk dipersiapkan dari luar untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustained growth). Menurut Rostow pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan berlangsung secara otomatis.
Tahap prasyarat untuk untuk lepas landas dibedakan oleh Rostow dalam dua bentuk. Yang pertama adalah prasyarat lepas landas yang dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika; yang dilakukan dengan merombak masyarakat tradisional yang sudah lama ada. Bentuk yang kedua adalah yang dicapai oleh negara –negara seperti Amerika serikat, Kanada, Australia, dan Selandia baru, yang dapat mencapai tahap prasyarat lepas landas tanpa harus merombak sistem masyarakat tradisional karena masyarakat di negara-negara itu terdiri dari imigran yang telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh sesuatu masyarakat untuk tahap prasyarat lepas landas.
3. Lepas Landas
Dalam tahap lepas landas pertumbuhan merupakan peristiwa yang selalu terjadi. Awal dari masa lepas landas adalah masa berlangsungnya perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat, seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Jadi faktor penyebabnya dimulainya masa lepas landas berbeda-beda. Yang penting, sebagai akibat dari perubahan-perubahan ini secara teratur akan tercipta pembaruan-pembaruan (innovasions) dan peningkatan penanaman modal. Dan, penanaman modal yang makin bertambah tinggi tingkatnya ini mengakibatkan tingkat pertambahan pendapatan nasional menjadi bertambah cepat dan akan melangkahi tingkat pertambahan penduduk. Dengan demikian tingkat pendapatan perkapita makin lama akan menjadi makin bertambah besar
4. Gerakan Ke arah Kedewasaan
Tahap pembangunan yang berikut adalah gerakan ke arah kedewasaan, yang diartikan oleh Rostow sebagai: masa di mana masyarakat sudah efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi dan kekayaan alamnya.
Dalam tahap ini sektor-sektor ekonomi berkembang lebih lanjut, sektor-sektor pelopor baru akan muncul untuk menggantikan pelopor lama yang akan mengalami kemunduran. Sektor-sektor pemimpinan pada tahap gerakan ke arah kedewasaan coraknya ditentukan oleh perkembangan teknologi, kekayaan alam, sifat tahap lepas landas yang berlaku, dan juga oleh bentuk kebijakan pemerintah.
Dalam menganalisis ciri-ciri tahap gerak ke arah kedewasaan, Rostow menekankan penelaahannya kepada corak perubahan sektor pemimpin dan sektor industri pelopor di beberapa negara yang sekarang ini telah menjadi negara maju, dan ia menunjukan bahwa di tiap-tiapp negara tersebut jenis-jenis sektor pemimpin pada tahap sesudah lepas landas berbeda dengan yang ada pada tahap lepas landas. Di Inggris, misalnya, industri-industri kecil yang telah mempelopori pembangunan pada tahap lepas landas telah digantikan oleh industri besi, batu bara, dan peralatan teknik berat. Sedangkan di Amerika Serikat, Perancis, dan Jerman dimana pengembangan jaringan jalan kereta apai memegang peranan penting dalam menciptakan pembangunan pada tahap lepas landas, telah digantikan perannya sebagai sektor pelopor oleh industri baja dan industri peralatan berat.
5. Tahap Konsumsi Tinggi
Tahap terakhir dalam teori pertumbuhan Rostow adalah tahap konsumsi tinggi, yaitu masa dimana perhatian masyarakat lebih menekankan kepada masalah-masalah konsumsi dan kesejahteraan, dan bukan lagi kepada masalah produksi. Dalam tahap ini terdapat tiga macam tujuan masyarakat yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia dan dukungan politik
Dasar pembedaan tahap pembangunan ekonomi menjadi 5 tahap tersebut adalah: Karakteristik perubahan keadaan ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi.
Menurut Rostow, pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat moderen merupakan suatu proses yang multidimensional. Pembangunan ekonomi bukan hanya berarti perubahan struktur ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan peningkatan peranan sektor industri saja.
Menurut Rostow, disamping perubahan seperti itu, pembangunan ekonomi berarti pula sebagai suatu proses yang menyebabkan antara lain:
1. perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial yang pada mulanya berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi ke luar.
2. perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga, yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil.
3. perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat, dari melakukan investasi yang tidak produktif (menumpuk emas, membeli rumah, dan sebagainya) menjadi investasi yang produktif.
4. perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi kurang merangsang pembangunan ekonomi (misalnya penghargaan terhadap waktu, penghargaan terhadap pertasi perorangan dan sebagainya).
Menurut Rostow, pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat moderen merupakan suatu proses yang multidimensional. Pembangunan ekonomi bukan hanya berarti perubahan struktur ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan peningkatan peranan sektor industri saja.
Menurut Rostow, disamping perubahan seperti itu, pembangunan ekonomi berarti pula sebagai suatu proses yang menyebabkan antara lain:
1. perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial yang pada mulanya berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi ke luar.
2. perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga, yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil.
3. perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat, dari melakukan investasi yang tidak produktif (menumpuk emas, membeli rumah, dan sebagainya) menjadi investasi yang produktif.
4. perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi kurang merangsang pembangunan ekonomi (misalnya penghargaan terhadap waktu, penghargaan terhadap pertasi perorangan dan sebagainya).
Sumber :
https://www.academia.edu/5728386/Kritik_teori_modernisasi_Rostow
http://mbegedut.blogspot.com/2011/10/teori-pertumbuhan-ekonomi-ww-rostow.html
3.3 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Teori Ekonomi Aliran Neo Klasik (Solow)
Robert
Solow dari MIT dan Trevor Swan dari Australian National
University secara sendiri-sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang
sekarang sering disebut dengan nama model pertumbuhan Neo-Klasik.
Seperti halnya dengan model Harrod-Domar, model Solow-Swan memusatkan
perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi capital, kemajuan
teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi.
Menurut teori
pertumbuhan neoklasik, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih
dari tiga faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas angkatan kerja,
penambahan modal (tabungan dan investasi), dan penyempurnaan teknologi .Salah
satu ekonom yang mengembangkan teori ini adalah Robert Solow. Robert Solow
menekankan perhatiannya pada pertumbuhan output yang akan terjadi atas hasil kerja
dua faktor input utama, yaitu modal dan angkatan kerja. Model yang dikembangkan
oleh Robert Solow ini kemudian dikenal dengan nama model Neoklasik Solow.
Pada model Neoklasik
Solow diasumsikan bahwa angkatan kerja mengikuti model pertumbuhan
eksponensial dengan laju yang konstan . Asumsi yang digunakan dalam model Solow
ini tidak realistis, karena model eksponensial tidak memuat penurunan
pertumbuhan sebagai akibat dari persaingan untuk sumber daya lingkungan seperti
habitat dan makanan. Untuk itu dilakukan modifikasi dari model Neoklasik Solow
berdasarkan model pertumbuhan yang lebih realistis yaitu model pertumbuhan
logistik.
A. Proses Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menurut
Solow tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk,
tenaga kerja, akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Oleh karena itu,
Solow memusatkan perhatiannya pada interaksi kedua faktor tersebut. Asumsi yang
digunakan oleh Solow dalam model pertumbuhan ekonominya, adalah:
1. Ada
satu komoditi gabungan yang diproduksi.
2. Output
adalah output netto (sudah dikurangi biaya penyusutan modal).
3. Fungsi
produksi bersifat homogen pada derajat pertama.
4. Faktor
produksi buruh dan modal dibayar sesuai dengan produktivitas fisik marginal.
5. Harga
dan upah fleksibel.
6. Buruh
terpekerjakan secara penuh.
7. Stok
modal yang ada juga terpekerjakan secara penuh.
8. Buruh
dan modal dapat disubstitusikan satu sama lain.
9. Kemajuan
teknik bersifat netral.
B. Mekanisme
Pasar
Teori Solow melihat bahwa
dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan sehingga
pemerintah tidak perlu terlalu banyak mencampuri atau mempengaruhi pasar.
Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
Referensi:
Boediono, Teori
Pertumbuhan Ekonomi , 1981, BPFE : Yogyakarta.
3.2 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Teori Ekonomi Aliran Klasik (Adam Smith)
Pemikiran-pemikiran tentang
ekonomi sudah sangat bekembang pada abad ke-XV, saat terjadi revolusi pertanian
di Eropa. Akan tetapi, pengakuan terhadap ilmu ekonomi sebagai cabang ilmu
tersendiri baru diberikan pada abad ke-XVIII, setelah tokoh Adam Smith muncul
dalam percaturan ekonomi. Adam Smith (1729-1790), tidak disangsikan lagi,
merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran
klasik.
John Adam Smith adalah
seorang ahli filsuf berkebangsaan Skotlandia. Ia lahir pada 5 Juni 1723 di
kirkcaldy, Fife, Skotlandia. Beliau dikenal sebagai Bapak Ilmu Ekonomi dunia
setelah menerbutkan sebuah buku yang berjudul: The Wealth of Nations. Secara garis
besar, buku ini membahas mengenai: apa yang menentukan tingkat kemakmuran suatu
bangsa dan bagaimana taraf hidup rakyat dapat ditingkatkan dan didistribusikan.
Menurut Adam Smith, secara
sistematis ilmu ekonomi mempelajari tingkah laku manusia dalam usahanya untuk
mengalokasikan sumber-sumber daya yang terbatas guna mencapai tujuantertentu.Dalam analisisnya,
Adam Smith banyak menggunakan istilah-istilah normatif seperti: nilai (value),
kekayaan (welfare), dan utilitas (utility) berdasarkan asumsi berlakunya hukum
alami.
Dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Cause of the
Wealth of Nations (1776) ia mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi
dalam jangak panjang secara sistematis.
Terdapat dua aspek utama
dalam pertumbuhan ekonomi:
A. Pertumbuhan output total
B. Pertumbuhan penduduk.
A. Pertumbuhan output yang akan dicapai
dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini :
1. Sumber-sumber alam
2. Tenaga kerja (pertumbuhan
penduduk)
3. Jumlah persediaan (stok
barang modal yang ada)
Sumber daya alam
sumber daya alam yang
tersedia merupakan wadah yang mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat.
Jumlah sumber daya yang tersedia merupakan “batas maksimum” bagi pertumbuhan
suatu perekonomian, Maksudnya jika sumber daya ini belum digunakan sepenuhnya,
maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada memegang penranan penting dalam
pertumbuhan output.Tetapi pertmbuhan output tersebut akan berhenti jika semua
sumber daya alam tersebut telah digunakan secara penuh.
Tenaga Kerja
Sumber daya insani (jumlah
penduduk) mempunyai peranan yang pasif dalam proses pertumbuhan output.
Maksudnya, jumlah penduduk akan menyeuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga
kerja dari suatu masyarakat.
Jumlah Persediaan (stok barang modal yang
ada)
Pengaruh stok modal terhadap
tingkar output total bias secara langsung dan tidak lansung. Pengaruh langsung
ini maksudnya adalah karena pertambahan modal (sebagai input) akan langsng
meningkatkan output. Sedangkan pengaruh tidak langsung maksudnya adalah
peningkatan produktifitas perkapita yang dimungkinkan oleh karena adanya
spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih tinggi.
B. Pertumbuhan Penduduk.
Menurut Adam Smith, jumlah
penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari
tingkat upah sub sisten yaitu tngkat upah yang pas-pasan untuk hidup. Jika
tingkat upah diatas tingkat sub system, maka orang-orang akan menikah pada umur
muda, tingkat kematian menurun, dan jumlah kelahiran akan terus mengalami
peningkatan. Namun sebaliknya jika tingkat upah yang berlaku lebih rendah dari
tingkat upah sub sisten, maka jumlah penduduk akan menurun.
Tingkat upah yang belaku,
menurut Adam Smith, ditentukan oleh tarik menarik antara kekuatan permintaan
dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah yang tinggi dan meningkat jika
permintaan akan tenaga kerja tumbuh lebih cepat dari pada penawaran tenaga
kerja.
Sementara itu permintaan akan
tenaga kerja ditentukan oleh stok modal dan tingkat output masyarakat. Oleh
karena itu, laju pertumbuhan permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh laju
pertumbuhan stok modal (akumulasi modal) dan laju pertumbuhan output
sumber :
Alam S. 2007. Ekonomi untuk SMA. Jakarta:
Esis
3.1 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam
jangka panjang. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam definisi tersebut,
yaitu : (1) proses, (2) output per kapita,
dan (3) jangka panjang.
Pertumbuhan
ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu
saat.
Simon
Kuznet mendefenisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai “kemampuan negara itu untuk menyediakan
barang-barang ekonomi yang terus meningkat bagi penduduknya, pertumbuhan
kemampuan ini berdasarkan pada kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian
ideologi yang dibutuhkannya”.
Dalam analisanya yang mendalam, Kuznet memisahkan enam karakteristik yang terjadi dalam proses pertumbuhan pada hampir semua negara dan dari pendapatnya tersebut di bawah ini terlihat bahwa salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu perdagangan (ekspor).
• Dua variabel ekonomi agregatif : tingginya tingkat pertumbuhan output per kapita dan populasi dan tingginya tingkat kenaikan produktivitas faktor produksi secara keseluruhan atau terutama produktivitas tenaga kerja.
• Dua transformasi struktural : tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi dan tingginya tingkat transformasi sosial dan ideologi.
• Dua faktor yang mempengaruhi meluasnya pertumbuhan ekonomi internasional: kecenderungan negara-negara maju secara ekonomi untuk menjangkau seluruh dunia untuk mendapatkan pasar (ekspor) dan bahan baku dan pertumbuhan ekonomi ini hanya dinikmati oleh sepertiga populasi dunia.
Hal ini sejalan dengan pendapat Krugman dan Obstfeilt yang menyatakan secara teoritis, bahwa perdagangan internasional terjadi kerena dua alasan utama, yaitu:
a. Adanya keuntungan dalam melakukan perdagangan (gains from trade) bagi negara, dikarenakan adanya perbedaan diantara mereka mengenai faktor-faktor yang dimilikinya.
b. Untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi.
Maksudnya, jika setiap negara hanya menghasilkan sejumlah
barang-barang tertentu mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan
skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien dibandingkan jika negara
tersebut mencoba untuk memproduksi segala jenis barang. Kenyataannya bahwa
pola-pola perdagangan dunia yang mengakibatkan tejadinya pertumbuhan ekonomi,
mencerminkan perpaduan dari dua motif tersebut diatas.
Disini nampak aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu
melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke
waktu. Selain itu pertumbuhan memiliki sifat self-generating yaitu proses
pertumbuhan itu sendiri melahirkan kekuatan atau momentum bagi timbulnya
kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode selanjutnya.
Sedangkan menurut teori, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan.
Sedangkan menurut teori, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dengan kenaikan output
(Produk Domestik Bruto) dan pendapatan riil perkapita memang bukanlah
satu-satunya sasaran di negara-negara berkembang, namun kebijakan ekonomi dalam
meningkatkan pertumbuhan output perlu dilakukan karena merupakan syarat penting
untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan untuk mendukung tujuan kebijakan
pembangunan lainnya.
Rumus
menghitung pertumbuhan ekonomi
adalah sebagai berikut :
adalah sebagai berikut :
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
g = tingkat pertumbuhan ekonomi
PDBs = PDB riil tahun sekarang
PDBk = PDB riil tahun kemarin
Contoh soal :
PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun,
sedangkan PDB pada tahun 2007 adalah = Rp. 420
triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2008 jika diasumsikan harga
tahun dasarnya berada pada tahun 2007 ?
Jawab :
g = {(467-420)/420}x100% = 11,19%
Sumber:
Thursday, April 24, 2014
2.6 PSP (Disposible Income)
Disposable
Income (DI) atau pendapatan yang siap dibelanjakan adalah
pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi
dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.
Disposable
income dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
DI = PI – Pajak langsung
Dimana:
DI = Disposable Income
PI = Personal Income ({NNI + transfer payment} – {laba ditahan
+ iuran asuransi + iuran jaminan sosial + pajak perseorangan})
Pajak langsung = Pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan
kepada pihak lain (harus langsung ditanggung oleh wajib pajak), contoh: pajak
pendapatan, pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak kendaraan
Sumber:
2.5 PNN
Pendapatan
Nasional Neto disebut juga dengan istilah Net National
Income (NNI). Pendapatan Nasional Neto adalah jumlah seluruh pendapatan
yang diterima masyarakat sebagai balas jasa faktor produksi selama satu tahun
setelah dikurangi pajak tidak langsung (indirect tax).
Besarnya
Pendapatan Nasional Neto (NNI) diperoleh dari NNP dikurangi pajak tidak
langsung yang dirumuskan sebagai berikut:
NNI = NNP - Pajak tidak langsung
Manfaat
Penghitungan Pendapatan Nasional
Tujuan penghitungan pendapatan nasional untuk mengukur tingkat
kemakmuran suatu negara dan mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh
barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam waktu satu tahun. Manfaat
yang diperoleh dari penghitungan pendapatan nasional adalah sebagai berikut:Mengetahui
dan menelaah kondisi atau struktur perekonomianDari perhitungan pendapatan
nasional, kita dapat menggolongkan suatu negara sebagai negara industri,
pertanian atau jasa. Dapat ditentukan pula besarnya sektor-sektor industri,
pertanian, pertambangan, dan lain-lain. Berdasarkan pendapatan nasional dapat
kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara pertanian atau agraris, sedang
Amerika Serikat, negara-negara di Eropa dan Jepang adalah negara Industri.
Sumber:
2.4 PNB
Produk
Nasional Bruto (Gross National Product) adalah nilai seluruh
barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sesuatu perekonomian dalam
suatu periode tertentu (Dobrnbusch : 1981).
Produk Nasional Bruto
(GNP) adalah pendapatan nasional yang dihitung dengan mengeluarkan faktor
pendapatan dari warga negara asing yang berdomisili di negara tersebut dan
hanya menghitung nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh orang yang
bekewarganegaraan negara tersebut saja.
Thompson (1980 : 804) mengatakan bahwa ahli ekonomi
cendererung untuk mengukur pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan GNP riil
perkapita.
GNP riil perkapita diperoleh dengan membagi GNP riil dengan
jumlah penduduk.
GNP riil perkapita mengukur jumlah rata-rata keseluruhan output yang
diperoleh oleh setiap penduduk. Dengan demikian kenaikan GNP riil perkapita
berarti kenaikan standar hidup masyarakat (standar hidup lebih tinggi).
Tolak ukur yang biasa dipakai untuk mengukur keberhasilan
perekonomian suatu negara diantaranya adalah pendapatan nasional, produk
nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca
pembayaran luar negeri.
Pendapatan Nasional (National Income) adalah merupakan salah satu tolok ukur yang sangat penting dalam menganalisis dan mengatasi masalah-masalah ekonomi makro yang dihadapi masyarakat sesuatu negara.
Pendapatan Nasional (National Income) adalah merupakan salah satu tolok ukur yang sangat penting dalam menganalisis dan mengatasi masalah-masalah ekonomi makro yang dihadapi masyarakat sesuatu negara.
Dalam
menghitung pendapatan nasional terdapat tiga metode yang dapat digunakan yakni:
1. Metode produksi (Production Approach)
2. Metode pendapatan (Income Approach)
3. Metode pengeluaran (Expenditure Approach)
· Metode Produksi.
Penghitungan pendapatan
nasional dengan metode produksi ini didasarkan atas jumlah nilai dari barang
dan jasa yang dihasilkan sesuatu masyarakat atau negara dalam satu tahun.
Semua nilai hasil akhir barang dan jasa tersebut dijumlahkan. Apabila jumlah
produk ke 1 kita tandai dengan Q1, produk ke 2 kita tandai dengan Q2, dan
seterusnya hingga produk ke n kita tandai dengan Qn, sedangkan di lain pihak
harga satuan produk kita tandai dengan P1, harga satuan produk ke 2 kita tandai
dengan P2, dan seterusnya hingga satuan produk ke n yang kita tandai dengan Pn,
maka dalam bentuk persamaan matematika pendekatan produk akan kita
dapatkan:
NI = P1Q1 + P2Q-2 + ..... + PnQn
atau NI =
yang mempunyai makna bahwa pendapatan nasional atas dasar
harga pasar (NI) besarnya sama dengan produk nasional atas dasar
harga pasar.
· Metode Pendapatan.
Perhitungan pendapatan nasional dengan mengunakan metode
pendapatan adalah dengan menjumlahkan semua pendapatan yang diperoleh semua
pelaku ekonomi dalam suatu masyarakat atau negara pada periode tertentu.
Pendapatan tersebut berupa pendapatan dari sewa, bunga, upah, keuntungan dan
lain sebagainya. Angka yang diperoleh dari penghitungan pendapatan nasinal
dengan menggunakan metode ini menunjukkan besarnya Pendapatan Nasional
(National Income = NI).
Cara pendekatan pendapatan adalah komplemen cara pendekatan
pengeluaran, karena sebenarnya cara pendekatan pendapatan bertitik tolak dari
pengertian bahwa apa yang dikeluarkan oleh salah satu rumah tangga pasti
menjadi penerimaan rumah tangga lain. Dalam perhitungan pendapatan Nasional
dengan pendekatan pendapatan ini ada dua hal yang dimasukkan didalamnya
walaupun sebenarnya bukan merupakan pendapatan yaitu penyusutan dan pajak tak
langsung.
Penyusutan perlu dimasukkan dalam perhitungan pendapatan
nasionaal karena penyusutan adalah bagian dari penerimaan perusahaan yang tidak
dibagikan pemilik faktor produksi. Pajak tak langsung, yaitu pajak-pajak yang
pada dasarnya beban pajaknya dapat digeserkan kepada piha lain oleh para
wajib pajak, seperti pajak penjualan, pajak tontonan, pajak pembangunan, pajak
masuk dan sebagainya. Sebenarnya pajak tak langsung hanyalah pemindahan daya
beli dari kantong konsumen (pembayar pajak) kepada pemerintah yang
terjadi pada saat transaksi dilakukan, karena sifat pajak tak langsung adalah demikian,
maka pajak tak langsung tidak diterima oleh pemilik faktor produksi, sehingga
harus diperhitungkan sendiri.
· Metode Pengeluaran.
Dalam penghitungan pendapatan nasional dengan metode
pengeluaran, adalah dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran sektor ekonomi, yakni
dari rumahtangga, perusahaan, pemerintah dan sektor luar negeri pada suatu
masyarakat atau negara pada periode tertentu. Angka yang diperoleh dari
perhitungan ini menunjukkan besarnya Produk Nasional bruto (Gross National
Product = GNP) masyarakat dalam perekonomian negara tersebut. Setiap rumah
tangga, baik itu rumah tangga individu, rumah tangga perusahaan maupun rumah
tangga pemerintah pasti melakukan pengeluaran untuk membeli semua kebutuhan
yang diperlukan. Pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga individu untuk
membeli semua kebutuhannya yang diperlukan dapat berupa barang, baik barang
habis pakai dan barang tahan lama, maupun jasa. Pengeluaran semua itu disebut
konsumsi (C = Comsuption), pengeluaran perusahaan biasanya berupa
Investasi (I = Investasi), pengeluaran pemerintah (G = Government Expenditure)
Disamping itu bagi negara yang juga melakukan hubungan ekonomi
dengan negara lain, masih terdapat pengeluaran bersih pembelian barang dan jasa
oleh orang-orang dan badan-badan asing, pengeluaran tersebut disebut ekspor –
impor ( X – M = ekspor di kurangi impor, atau net export).Secara singkat
cara pendekatan pengeluaran ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
PNB = C + I + G + (X - M)
PNB = Pendapatan Nasional Bruto
C = Konsumsi (comsumption)
I
= Investasi (Invesment)
G =
Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure)
X – M = ekspor dikurangi impor (net export)
Pada cara pendekatan ini pengeluaran yang perlu mendapat
perhatian khusus adalah pengeluaran yang berbentuk pengeluaran untuk membeli
barang modal atau investasi. Dalam ilmu ekonomi pengeluaran investasi hanya
khusus pada pengeluaran rumah tangga perusahaan untuk membeli barang modal
baru, sehinga investasi selalu berupa penambahan barang modal riil pada stock
barang modal yang sudah ada.
Ketiga cara di atas akan menghasilkan nilai yang sama. Dengan
kata lain, GNP = GNI = GNE.
Sifat-sifat PNB adalah sebagai berikut:
1. PNB
adalah ukuran moneter
PNB tidak memperhitungkan perubahan yang terjadi pada nilai
uang karena terjadinya perubahan harga-harga umum. Oleh sebab itu PNB pada
tahun tertentu tidak dapat dibandingkan dengan PNB pada tahun lain, karena
perubahan yang terjadi disamping menyangkut perubahan jumlah output juga
harganya sehingga nilai uang yang digunakan tidak sama besarnya.
2. PNB
hanya memperhitungkan barang-barang dan jasa akhir saja
Barang dan jasa akhir adalah barang dan jasa yang dibeli oleh
konsumen dan langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Artinya
barang dan jasa itu tidak lagi beredar dipasar untuk diperjual belikan. Barang
yang dibeli oleh rumah tangga inividu maupun rumah tangga perusahaan tetapi
tidak langsung digunakan sendiri. Untuk menghindari sesuatu produk
dihitung lebih dari satu kali (double counting), dalam perhitungan PNB
dipakai cara perhitungan lain yang dikenal dengan nama Cara Nilai Tambah.
Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan pada PNB oleh rumah
tangga perusahaan dan terdiri dari penerimaan rumah tangga perusahaan itu dari
penjualan barang dan jasanya dikurangi dengan pengeluaran rumah tangga
perusahaan tersebut untuk membeli barang dan jasa perusahaan lain (barang
antra). Dengan demikian jelaslah bahwa PNB dapat juga dinyatakan sebagai
keseluruhan nilai tambah rumah tangga perusahaan yang beroperasi dalam
masyarakat selama kurun waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun.
3. PNB
tidak menghitung nilai transaksi yang terjadi di pasar (oganized market)
· Transaksi
yang semata-mata menyangkut uang (andil, obligasi dll)
· Transaksi
barang bekas
· Kualitas
produk
· Waktu
luang
· Ongkos
perusakan ekosistem.
Sumber:
Subscribe to:
Posts (Atom)